Saturday, March 3, 2012

STORY 9

My Life is for Living Here.
Matahari bersinar seperti biasa, aku mengambil kameraku, lalu kupotret matahari pagi yang indah ini. tiba-tiba, seorang wanita cantik, umurnya sekitar 45 tahunan, ya, dia adalah mamaku, namanya Swealish, dia baik sekali, menurutku, dialah ibu terbaik di dunia.
"Zas, kalau mau sarapan, berhentilah memotret, lalu turun ya! jangan sampai Sandwich Kornetmu tak enak!"

"Ya, mamaaaa.. mama gak lihat apa? ini matahari yang bagus!!"
"iyaa, mama tahu! tapi kan matahari memang seperti itu..! tak akan berubah, Zasara!"
"...."aku diam.


Mamaku pun turun dengan perasaan tenang, menarik napas, lalu melangkah turun dari kamarku. aku turun dengan Sweater di pundakku. rambutku terurai tebal, warnanya kecokelatan. tubuhku sedikit langsing dengan kulit yang sangat putih! namun, semua itu gak membuatku bangga, aku justru bertanya, mengapa aku berbeda dengan kedua orangtuaku? mereka tak seputih kulitku? apa aku bukan anak mereka? Ah, sudahlah, kita tak boleh berpikir seperti itu! bagaimanapun, mereka sudah menyayangi kita. betul, bukan?

"Zasara! ini! berikan Omelette ini kepada Ayahmu! dia sedang ada di bukit Golf dekat rumah kita bersama teman-temannya,"
"Iya, Ma."

aku pun bergegas menuju Hallovestrine Golf Park. tempat ayahku meluangkan waktu pensiunnya dengan teman sebayanya.

Aku sampai. langsung kutemui ayahku.
"Ayah! ini Omelettemu!" kataku dari kejauhan.
"Iya! letakkan saja!"
"dimana?"
"Di Sana! dekat meja yang ada tas ayah!"
"aku pulang ya, Ayah!"
"Yaaaaaa!!"

Aku pun pulang tak sabar untuk mencoba Sandwichku! Yummy! pasti enak banget! pagi-pagi.......!!
sesampainya di rumah kucari mama. tak kutemukan!
"Mama??"
"...."
"Mamaa??"
"........."
masih tak ada jawaban, akhirnya, kuberanikan diriku untuk mencarinya sendiri, aku takut, ia jatuh dari tangga. benar saja, dia pingsan dekat tangga dengan darah di dekat pelipisnya.

"Mama!"teriakku.

aku bergegas menuju telepon berteriak meminta tolong kepada Om Frans, Ambulance, segalanya. dengan segera, om Frans datang membawa sebuah kain basah. dia pikir ada kebakaran, namun, setelah melihat mama yang terbujur lemas dekat tangga, segera ia angkat mama, lalu pergi ke mobilnya, aku ikut, aku langsung kunci rumah. aku tidak memikirkan ayahku yang sedang bersenang-senang bermain Golf. Yang penting mama baik-baik saja.

5 menit menuju Rumah Sakit dekat rumahku saja sudah membuat mama kehabisan darah. aku bodoh sekali meninggalkan mama tadi! puikirku.

Eh! Aku ingat! aku harus segera pergi menuju Sekolah karena ada seorang temanku berulang tahun! aku sudah janjian. tapi, nanti mama sama siapa? ya sudahlah, lebih baik aku tinggal saja di sini, temani saja mama.

temanku menelponku, segera kuangkat.

"Zasa! kamu kemana sih!!!!"
"Sorry, Sesa, gue mesti jagain mama gue yang lagi sakit,"
"okd, semoga mama lo cepet sembuh ya..!"
"Ia.. Thanks ya, Sa."

esoknya, aku harus sudah bersekolah, aku berangkat tanpa mama. biasanya, aku disiapkan masakan yang lezat untuk berangkat, tetapi sekarang tidak.

Sesampainya di Sekolah, aku berpasan dengan Desta, cowok yang sama sekali gak aku ingin lihat pagi ini. dia anak tertampan di sekolahku. Aku bilang sih, dia biasa aja. kata orang dia itu Playboy, Iya sih! gak diomongin juga dia itu Playboy! gayanya selangit!
Setiap ketemu sama aku, pasti dia menutupi mulutnya dengan sweater yang melingkar di lehernya.
"Selamat pagi, Zasara Sessiana Desta!"
Hah? kayaknya namaku gak ada 'Desta'-nya deh!
"Zasara Sessiana, aja!"
"Hah? bukannya kita udah jadian, ya?"
"Belum! Dasar Playboy!! dan gak akan pernah! pergi sana!" kataku sambil menghentakkan kaki keluar dari area milik Desta sekarang.
"Zasara! Kamu Cantik banget deh! aku jadi suka sama kamu!"
aku berhenti berjalan.
"Beneran!"
aku tak peduli, dasar Playboy Kalengan! pikirku.

di kelas berita Desta nembak aku sudah menyebar kayak virus!
"Zas! lu udah jadian sama Desta, ya?"
"Enak banget sih!"
"eh, ntar kenalin gue ke Desta yaaaa!!"
"Pajak Jadiannya, dong!"
dan sebagainya terlontar dari bibir teman-teman saat aku sampai di tempat dudukku.

"Gak!! gue kasitahu yah, sama kalian semua! gue itu, gak suka sama Desta!! dan gak akan jadi pacarnya!"
teriakku.
"Masa' sih? gak terpengaruh dengan ketampanan Desta?"
"Gak! ketampanan gak bisa beli apapun!" teriakku.

aku sebenarnya gak bisa marah, tetapi teman-temanku sudah kelewatan! mereka mengejekku! ya sudah, kalau mau pacaran sama Desta, pacaran aja, sana!

tiba-tiba, suara dari mikrofon petugas piket berbunyi, Perhatian, perhatian! Siswi yang bernama Zasara Sessiana dari kelas XII RSBI 1, harap segera turun menuju ruang Kepala sekolah, karena ada hal penting yang perlu disampaikan, terima kasih!. Namaku dipanggil, aku tak peduli, aku langsung saja menuju Ruang kepala Sekolah, di sana, sudah menunggu Ayahku yang sedang menangis bersama Pak Rudolph, Kepala sekolahku.
"Maaf, saya Zasara Sessiana,"
"Oh, nak Zasara, silahkan duduk," kata pak KepSek.
"Berhubung dengan masalah keluarga, saya turut berduka cita atas meninggalnya..." belum selesai beliau berkata, aku sudah memotongnya.
"Siaappa? Si.. Sii.. apa yang meninggal, pak Rudolph?"
"Maaf, nak, ibumu telah dipanggil oleh tuhan, semoga arwahnya tenang di sana,"

Seketika, aku diam kaku seperti patung. aku tak percaya, apa secepat ini mama meninggalkanku setelah matahari yang tebit begitu indah? Aku pingsan. ayah langsung menangkapku, begitu pula Pak Rudolph. ayah masih terisak dalam tangisnya.
Wanita Menangis"Ma..Mama?"
"Iya, sayang, mama sudah pergi meninggalkan kita,"
"TIDAKKKKK!!! kembalikan semuanya!!" teriakku histeris.
"Tenanglah! tenanglah, nak Zasara! jangan berbuat demikian! ibumu tentu akan sedih kalau mengetahui ini!" tegur pak Rudolph.
"Kenapa? kenapa secepat ini?"
"Saya juga akan memberikan Beasiswa yang sangat besar untukmu, jangan bersedih lagi, ya?"

aku mencoba berdiri, namun sesak rasanya, aku ingin uang ini kupakai untuk mamaku yang sedang ada di RS seharusnya! tetapi, malah pergi meninggalkan kami duluan, aku sesak sekali. aku mencoba tersenyum, tapi tak bisa, kukuatkan, aku tersenyum, pura-pura merelakan mama, tapi, sebenarnya tak bisa, kubisakan. aku pun tersenyum dengan terpaksa, Ayah juga mengatakan kepada Kepala Sekolahku, kalau aku harus langsung pindah ke desa! aku pun gak percaya, tapi, aku terpaksa meninggalkan kota kelahiranku dan pindah ke rumah nenek. Selamat tinggal, Messy, Sesa. teman baru yang kuanggap sebagai boneka emasku. dan selamat tinggal, Destaputra Haya, pangeran yang tak pernah ada!

No comments:

Post a Comment

Nama :
E-mail :